Jakarta, “Mahasiswa kita ini malas menulis juga malas membaca, padahal ini sangat penting, baik untuk akademis semasa kuliah maupun untuk nanti di dunia kerja,” kata Prof. Dr. Yusron Rozaq. MA, Wakil Rektor UIN Syarif Hidayatullah saat membuka pelatihan Karya Tulis Ilmiah di Jakarta, Kamis, 18 Mei 2017.
Karena itu Yusron mendukung inisiatif Himpunan Mahasiswa Program studi Perbandingan Madzhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN bekerjasama dengan Majalah Gatra dan RGE Indonesia menyelenggarakan pelatihan tersebut. Sekitar 200 mahasiswa dari UIN dan perguruan tinggi lain mengikuti pelatihan selama dua hari —18-19 Mei— yang mengangkat tema: Berkarya Tulis di Era Konvergensi Media: Tantangan dan Peluang.
“Majalah GATRA sangat senang bisa berbagi pengalaman dan pengetahuan pada para mahasiswa, saya ucapkan terima kasih pada Rektor UIN, dan juga dari RGE sehingga acara ini bisa berlangsung dengan baik,” ujar Presiden Direktur PT Era Media Informasi Teguh P Slamet, dalam sambutannya. Kaprodi Perbandingan Mazhab, Fahmi Muhammad Ahmadi M.Si mengaku sedih karena masih sangat jarang mahasiswa yang suka menulis karya ilmiah.
“Padahal tiap tahun, tak kurang 27 lomba karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh berbagai perguruan tinggi dan instansi,” ujarnya. Hal itu, lanjutnya, harus dimanfaatkan mahasiswa untuk menjadi ajang latihan dan meraih prestasi. Itu yangmenjadi alasan Fahmi, meminta mahasiswanya menggelar pelatihan Karya Tulis Ilmiah.
Pada hari pertama, yang menjadi pembicara adalah Dr. Phil Asep Saepudin Jahar, MA (Dekan Fak. Syariah dan Hukum), Agung Laksamana, Corporate Affair Director APRIL, Andi Primaretha, News Room RGE, Dani Hamdani, Pemimpin Redaksi GATRANews, Asrori S Karni, Wakil Pemimpin Redaksi Majalah GATRA.
Asep Saepudin mengungkapkan dua hal yang menjadi kunci atau modal menulis karya ilmiah. Yaitu Membaca dan bahasa. “Dua hal ini yang umumnya menjadi kelemahan mahasiswa kita, terutama bahasa ini yang membuat kita jarang masuk dalam jurnal ilmiah internasional,” ujarnya.
Sementara itu Agung Laksamana memaparkan soal era media sosial. “Anda bisa membangun personal brand sendiri lewat media sosial,” ujar Agung. Karena itu ketua Perhumas Indonesia ini, menyarankan agar para mahasiswa mengisi halaman halaman sosial media mereka dengan tulisan bermanfaat dan ilmiah. “Janganlah isi timeline sosmed dengan hal tidak berguna seperti mencaci maki, karena itu akan dicatat sebagai identittas diri anda,” ujar Agung.
Saat ini, lanjut Agung, perusahaan sudah mulai menerima karyawan melihat sosmed mereka. “Kalau ada cacat di timeline calon karyawan, langsung dicoret,” ujarnya. Dani Hamdani mengingatkan para mahasiswa bahwa saat ini adalah era internet dan sosial media. Berbeda dengan sepuluh atau dua puluh tahun lalu, kini hasil sebuah karya ilmiah bisa langsung di produksi dan didistribusikan sendiri.
“Dulu kita harus menunggu persetujuan penerbit agar karya ilmiah kita bisa dipublikasikan dan dibaca oleh khalayak. Sekarang tidak, begitu selesai anda bisa langsung publish dan dibawa seluruh dunia,” ujarnya. Terkait sosial media, Dani menunjukkan data, bahwa 85% wartawan dari media besar menggunakan sosial media sebagai bahan tulisan, rujukan, atau konfirmasi berita.
“Jadi, tulisan kalian harus disebar di sosial media, bila dianggap menarik oleh media besar, maka anda tanpa perlu usaha akan dikutip atau diwawancara dan masuk juga ke media,” ujarnya.