Medan, 12 Agustus 2021 – Kehadiran Praktisi PR saat ini semakin dibutuhkan, karena saat ini dunia sudah mulai banyak mengalami perkembangan. Semakin dunia berkembang, PR pun memiliki banyak tantangan yang harus dihadapi. Untuk itu, banyak hal yang harus dipersiapkan oleh praktisi PR melihat semakin pesatnya perkembangan dunia PR.
PERHUMAS Muda Medan kembali mengadakan PMM Talk Series 6 dengan tema “Spirit Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh di Sumatera Utara” dengan dihadiri oleh Agung Laksamana, Ketua Umum PERHUMAS, Saurma MGP Siahaan, Ketua BPC PERHUMAS Medan, Dr. Ivan Elizabeth Purba, M.Kes, Rektor Universitas Sari Mutiara, dr. Ramlan Zuhair Pulungan, Mentor, Trainer, Hypnocherpist & Motivator, Ivo Herawaty, Duta Muslimah Preneur & Founder Ivora Organizer, Paulus Paringatan Gulo, Ketua DPD GMNI Sumatra Utara.
“Ada sebuah survey kepada 1000 praktisi PR di Inggris, pertanyannya dalam survey tersebut adalah apakah keluarga anda memahami PR itu apa sih? Ataupun apa yang dilakukan oleh PR? Yang pertama, 72% dari para orang tua praktisi PR tidak mengetahui apa itu PR. Yang kedua, 41% istri atau pasangan tidak tahu apa itu PR. Jadi, selama era pandemic ini PR memiliki 12 tantangan,” ungkap Agung.
Kemudian menurut Agung, kita perlu menuliskan cerita yang kreatif mengenai bisnis yang kita miliki berbasis data. Karena jika produk kita memiliki cerita yang menarik itu akan menambahkan nilai tersendiri bagi produk kita.
Selain itu, Ramlan mengatakan bahwa kita harus kretaif dan memiliki keterampilan public speaking, dan lainnya. Menurutnya “Soft skill jangan sampai ketinggalan, dan harus kita kuasai dengan baik. Bisa dengan mengikuti training, webinar atau kegiatan lainnya yang bisa melatiih skill kita,” ungkap Ramlan.
“Ketika teman-teman ingin lancar berbicara, artinya teman-teman harus berlatih berbicara. Ketika ingin berbicara yang baik juga harus belajar jadi orang baik,” tambah Ramlan.
Kemudian, Ivo menjelaskan mengenai Digital Skills Gap. “Digital skills merupakan salah satu pilar dari literasi digital yang di mana literasi digital memiliki 4 pilar yaitu, Digital Skill (Kecakapan Digital), Digital Safety (Keamanan Digital), Digital Culture (Budaya Digital), dan Digital Ethic (Etika Digital),” ungkap Ivo.
Menurut Ivo, Digital Skill merupakan salah satu fondasi atau basic di mana kita bisa bersaing, karena pada saat ini zamannya competitor sudah ada di mana-mana, tetapi bukan berarti kita hidup untuk bersaing. Akan tetapi kita harus survive agar tidak ketinggalan dengan orang disekitar kita. Maka dari itu Digital Skill ini merupakan salah satu dari 4 pilar literasi yang sangat penting.
“Crtical Thinking ini masuk dalam segala aspek. Ketika kita mendapat informasi harus dicross check jangan asal langsung repost-repost aja. Makanya ada kata-kata “Saring sebelum Sharing”. Jadi jangan asal posting sesuatu tapi kita tidak tau sesuatu yang kita posting itu penting atau tidak,” tambah Ivo.
Berbicara tentang kepemimpinan. Seorang pemimpin yang dapat memberikan pengaruh yang positif bagi semua anggota untuk dapat saling mengubah sikap, sehingga pemimpin dan angogota dapat dikatakan searah dengan kemauan masing-masing dari pemimpinan dan juga anggotanya.
“Sebelum kita menjadi seorang pempimin, kita harus mengikuti progress mulai dari tahap pengkaderan, menjadi anggota, menjadi kader dalam dunia organisasi. maka kita harus berani dipimpin. Seorang pemimpin harus memiliki mindset yang dapat diterima oleh anggotanya,” ujar Paulus.
Seorang pemimpin yang tangguh selalu mencipatakan tantangan yaitu, selisih antara apa yang diharapkan dimasa depan (visi) dengan apa yang sudah dicapai saat ini.