Jakarta, 21 Mei 2020 – Dalam komitmen untuk terus memberikan narasi-narasi positif yang mengugah optimisme untuk bicara baik, Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) kembali menyelenggarakan Webinar. Beranjak menuju kondisi pulih kembali ada baiknya menelisik apa yang telah dipelajari sampai hari ini.
Untuk itu Webinar PERHUMAS mengangkat topik pembahasan, “Thousand Ways Towards Recovery What We Can Learn From Today.” Belajar penangan pandemi Covid-19 dari Tiongkok, Indonesia sampai Selandia Baru.
Mengundang H.E. Djauhari Oratmangun, Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok & Mongolia; H.E. Tantowi Yahya, Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Samoa & Kerajaan Tonga; dan Suryopratomo, Dewan Redaksi Media Grup dan Tim Gugus Tugas Covid-19 sebagai narasumber.
Pandemi Covid-19 yang merupakan krisis global, kita perlu belajar dari berbagai negara mengenai penanganannya.
Tiga hal yang menjadi kesuksesan Selandia Baru dalam menghadapi pandemi Covid-19, yaitu kesiapan, kolaborasi dan partisipasi masyarakat.
Dalam konteks komunikasi, suatu kolaborasi dibutuhkan untuk menciptakan satu suara dalam informasi. Kolaborasi berbagai institusi juga didukung dengan partisipasi masyarakat. Bagaimana masyarakat bersikap menjadi kunci keberhasilan.
“Informasi hanya disampaikan oleh 2 sumber Perdana Menteri dan Dirjen Kesehatan.” ucap H.E. Tantowi. Menarik bagaimana narasumber tersebut menyampaikan informasi penting terkait pandemi yang dengan penuh perasaan dapat menenangkan masyarakat.
“Mempunyai kebijakan yang tepat adalah langkah yang tepat. Namun apabila kita tidak bisa membuat negara mengerti mengenai apa yang seharusnya dipahami oleh rakyat maka kebijakan tersebut tidak efektif.” tambah H.E. Tantowi.
Peranan komunikasi publik menjadi esensi saat ini untuk mensosialisasikan kebijakan agar masyarakat memahami pentingnya partisipasi masyarakat.
Kunci keberhasilan Tiongkok dalam menghadapi pandemi Covid-19 dengan melakukan respon penuh, mobilisasi massa, tekad politik, penyesuaian kebijakan tepat waktu, meringankan rasa sakit ekonomi sambil memerangi penyakit, transparansi dan tindakan terkoordinasi, kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sinergi langkah tersebut memastikan penyebaran virus Covid-19 dapat dikendalikan. Setiap elemen masyarakat saling berkordinasi untuk menjaga satu sama lain, bahkan warga yang tidak menaati aturan diberikan sanksi sosial oleh masyarakat.
“Bangkitnya nasionalisme mendorong komunikasi publik yang kondusif. Sehingga pesan yang beredar di masyarakat adalah narasi dan konten positif yang membangkitkan semangat masyarakat.” ujar H.E. Djauhari.
Koordinasi dan disiplin masyarakat memiliki peranan penting dalam keberhasilan penanganan pandemi Covid-19 di Tiongkok.
Indonesia tentunya menginginkan kondisi yang kondusif seperti negara sahabatnya. Kurangnya koordinasi yang kuat dan partisipasi di Indonesia menjadikan kendala dalam penanganan Covid-19.
Semangat gotong royong yang dimiliki saat ini nyatanya kehilangan aspek koordinasi.
“Terbentuknya Gugus Tugas Penanganan Covid-19 bukan menjadi tangan operasional langsung. Sehingga mengakibatkan koordinasi yang terhambat akibat kewenangan pengendalian dalam struktur.” ungkap Suryopratomo.
Hal ini yang membuat betapa sulitnya Indonesia menangani pandemi Covid-19. Belum lagi di dalam struktur BNPB tidak ada ahli kesehatan atau dokter. Kemudian sukarelawan yang memberikan masukan informasi dan membantu Gugus Tugas memahami dan melakukan tindakan terkait kondisi saat ini.
Di Indonesia sesuatu yang baru menjadi wacana sudah dipublikasikan, sehingga membingungkan masyarakat luas. Jawaban untuk menyelesaikan masalah penanganan pandemi Covid-19 adalah kolaborasi pentahelix. Sinergi kolaborasi pentahelix antara sektor pemerintah, bisnis, media, akademis, dan komunitas akan menciptakan atmosfer informasi publik yang lebih kondusif. (FA)