Jakarta, 5 Desember 2020 – Dalam situasi pandemi Covid-19 Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) menggelar Konvensi Nasional Humas 2020 (KNH20) dengan semangat optimis. Konvensi ke-20 yang merupakan pertemuan seluruh insan humas seluruh Indonesia digelar pertemuan tatap muka secara daring.
Sejak pertama kali diadakan pada tahun 1994, Konvensi Nasional Humas merupakan platform untuk menyatukan praktisi Public Relations (Hubungan Masyarakat), Pakar Komunikasi dan stakeholders kunci dari berbagai elemen di seluruh Indonesia, untuk merumuskan strategi membangun Reputasi Indonesia, baik di tingkat domestik maupun global. Visi besar kita bersama adalah menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain dunia dalam pasar global.
Untuk mencapai hal itu perlu dibangun upaya bersama untuk mewujudkan citra positif Indonesia di tingkat dunia. Pada tahun ini, Konvensi Nasional Humas 2020 (KNH20) mengangkat tema, “Adaptif, Inovatif, Kolaboratif”.
Sebagai hasil dari konvensi, KNH20 memberikan beberapa rekomendasi strategis yang dapat menjadi acuan berbagai organisasi dan kelembagaan, baik pemerintahan, swasta, akademisi, dan komunitas untuk berperan serta dalam membentuk reputasi Indonesia.
Pada kesempatan ini Agung Laksamana, Ketua Umum PERHUMAS mengucapkan terima kasih atas partisipasi seluruh narasumber dan peserta, juga kepada seluruh panitia yang terlibat dalam menyukseskan Konvensi Nasional Humas yang pertama kali diadakan secara tatap muka daring.
“KNH20 ini merupakan sejarah baru bagi PERHUMAS. Karena inilah KNH pertama kali secara virtual dan dihadiri oleh lebih dari 1400 undangan, peserta tidak hanya dari Indonesia, namun juga dari Cina, Singapura, Malaysia, New Zealeand. Inilah KNH20 lintas negara, borderless.” ucap Agung.
Sejak awal 2020, ada serangkaian tantangan komunikasi yang dihadapi dunia termasuk humas Indonesia. Perhumas mencatat setidaknya ada 3 tantangan serius, (1) Industri 4.0, disruptif memicu lalu lintas informasi yang sangat deras dan mengkhawatirkan, ada tendensi publik lebih percaya hoaks dan fake news daripada berita yang penting, publik sendiri tidak bisa membedakan mana berita yang beretika dan tidak. (2) Pandemi Covid-19, tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan, ekonomi, dan bisnis, namun juga berdampak signifikan pada kegiatan humas, ekonomi Indonesia diprediksi akan mengalami perlambatan, artinya akan terjadi penurunan pada kegiatan humas. (3) Hoaks dan hilangnya kepercayaan publik, kabar negatif merajalela melalui media sosial, dalam situasi Covid-19 dan resesi ekonomi ini komunikasi publik butuh narasi optimisme Indonesia. Publik butuh pemberitaan yang berimbang tentang capaian-capaian positif Indonesia baik dalam hal sosial, budaya, ekonomi, dan politik di media digital.
Menghadapi ketiga tantangan besar tersebut, dalam konvensi selama 2 hari ini berbagai pandangan, perspektif, opini dari para narasumber, kami simpulkan 3 hal sebagai Rekomendasi Strategis PERHUMAS, yaitu:
Humas Indonesia Harus ADAPTIF
Adaptif dengan perubahan yang konstan, perubahan harus menjadi DNA dalam diri praktisi humas Indonesia. Menerapkan komunikasi kontekstual, agar mudah dipahami oleh masyarakat sehingga tidak kaku dan egaliter. Mengelola ekspektasi, literasi, transparansi, dan respon para stakeholder sehingga intensitas komunikasi semakin meningkat. Mengkomunikasikan pesan empati yang disesuaikan dengan kelompok orang yang berbeda, baik usia, etnis, maupun kelas sosial. Relevansikan pesan yaitu konten yang relevan, harus bisa agile berdasarkan data dan fakta yang kredibel. Peningkatan profesionalisme, kompetensi, dan kapabilitas, humas harus bisa berbasis integritas dan mengutamakan etika.
Humas Indonesia Harus INOVATIF
Dengan cara memakai kemajuan ICT (Information and Communications Technology) untuk mempertahankan relevansi pengaruh humas dengan menggunakan komunikasi multi dimensi termasuk media sosial. Aplikasi teknologi untuk melakukan transformasi digital dalam strategi komunikasinya. Mengkomunikasikan kepada publik dengan narasi tunggal, dengan bahasa yang bisa merangkul audien yang akrab melalui berbagai plafon media. Komunikasi internal harus solid. Menempatkan komunikasi humas sebagai bagian dari kebijakan. Membangun ekosistem kecerdasan buatan (AI), humas harus bisa menggunakan AI sebagai influencer.
Humas Indonesia Harus Kolaboratif
Berkolaborasi bukan hanya dengan organisasi serumpun, namun juga lintas sektor. Menggaungkan semangat ‘Indonesia Bicara Baik’ untuk reputasi Indonesia, diposisikan sebagai negara yang mampu, aman investasi serta bisa dikunjungi. Menjaga semangat optimisme dan reseliensi, narasi-narasi membangun masadepan baik di internal, eksternal, maupun melalui komunikasi pentahelix.