JAKARTA – Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Nasional (UNAS) menyelenggarakan workshop manajemen krisis pada Selasa, (23/01). Mengemban tema ‘Bagaimana mencegah, mengatasi, dan mengambil keuntungan dari krisis secara efektif’ kegiatan ini diikuti oleh 60 mahasiswa mahasiswi program studi ilmu komunikasi konsentrasi public relations (PR) UNAS.
Dalam sambutannya, ketua program studi ilmu komunikasi UNAS, Yayu Sriwartini, S.Sos, M.Si. mengatakan bahwa melalui workshop ini para mahasiswa diharapkan mengetahui dan memahami mengenai krisis manajemen dalam perusahaan serta dapat berbagi pengalaman dengan narasumber yang sudah kompeten dalam bidangpublic relations.
“Saya berharap mahasiswa PR UNAS dapat memberikan output yang baik sehingga mendapatkan ilmu baik secara teoritis maupun praktis dan dapat mengambil manfaat dalam kegiatan ini,” ungkapnya. Yayu juga menambahkan bahwa seminar ini merupakan bentuk dari persyaratan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) dimana para lulusan ilmu komunikasi nantinya tak hanya memegang ijazah tetapi juga surat pendamping seperti sertifikat.
Bertempat di Ruang Teater 403/3 UNAS, puncak dari kegiatan ini adalah pemaparan materi oleh dari Divisi Pengembangan PERHUMAS Muda, Rizky Chaerul Saragih, S.Ikom, IAPR. yang dimoderatori oleh Manager UPT Marketing and Public Relations sekaligus dosen ilmu komunikasi UNAS, Dian Metha Ariyanti, S.Sos., M.Si. Dalam paparannya, Rizky menjelaskan bagaimana seorang PR perusahaan bertindak ketika perusahaan tersebut dilanda krisis.
“Jika sudah terjadi hal yang tidak mengenakkan menimpa perusahaan, disini yang dilibatkan adalah seorang PR. Dimana PR sebagai jembatan perusahaan harus bekerja keras dalam membangun reputasi perusahaan kembali. Jadi bagaimana kita seorang PR mempresentasikan diri sebagai perwakilan dari perusahaan,” ujarnya.
Yang terpenting bagi seorang PR, lanjut Rizky, adalah ketenangan ketika mengalami krisis perusahaan, selain itu koordinasi dan team work dengan sesama rekan juga menjadi hal yang penting. “Jika sudah banyak komplen dari masyarakat, banyaknya komentar negative dari social media, beredarnya berita-berita kurang baik dari media online atau cetak, bisa menjadi tanda kalau perusahaan sudah mengalami krisis reputasi maka disinilah peran seorang PR,” imbuhnya.
Mantan PR salah satu perusahaan televisi swasta itu menambahkan bahwa perlu bagi mahasiswa ilmu komunikasi khususnya konsentrasi PR untuk memiliki mental yang kuat serta banyak belajar sebelum turun ke lapangan. Selain itu juga memperbanyak networking, mudah bergaul dan banyak menggali informasi kepada senior yang lebih dulu menjadi praktisi PR.
“Saya harap mahasiswa UNAS selalu sesuai dengan campaign PERHUMAS, yaitu berbicara dengan baik artinya agar ketika teman-teman UNAS selalu menggaungkan hal secara online dengan baik otomatis teman-teman berkenalan dan dapat menambah teman yang baik pula,” tandasnya.
Kegiatan ini ditutup dengan foto bersama dan merupakan bagian dari rangkaian workshop konsentrasi program studi ilmu komunikasi diantaranya jurnalistik, public relations, dan periklanan yang berlangsung pada 22-24 Januari 2018. (*NIS)