Jakarta, 22 April 2021 – The Iconomics kembali menyelenggarakan Indonesia Corporate Branding PR Awards di tahun 2021, dengan mengangkat tema “Harnessing Corporate Brand to Accelerate Business Recovery”. Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS) hadir bersama Agung Laksamana, Ketua Umum PERHUMAS, digelaran ke-2 tersebut.
Mengangkat topik “Seizing New Horizons Beyond The Pandemic”, Agung mengajak kita untuk melihat tantangan dan peluang kedepan. Bercerita tentang Jose, pemilik restoran di Madrid, Spanyol, Agung menyampaikan bagaimana peran komunikasi penting dalam bisnis. Beliau menceritakan, Anak Jose yang setelah lulus kuliah memberi masukan Jose untuk mengembangkan bisnisnya. Dari bagaimana harga bahan makanan yang mahal, sampai strategi marketing yang harus dikurangi. Lalu pada saat itu Jose menerima kritikan dari anaknya. Sayangnya setelah menjalankan strategi tersebut, restorannya malah mendapatkan ulasan buruk dari pelanggannya.
Menurut Agung, terdapat 11 tantangan seorang PR pada masa sekarang. Tentunya yang pertama adalah Covid 19, lalu Business Disruption Change, Going Mobile, Media Landscape Change, Fake News, Fake Influencers, Robot Jurnalism, Artifical Intelegence, New Influencers, Information Overload, Less Attention Span.
Tetapi menurut Agung ada satu tantangan yang paling penting, yaitu “Does Your Family Understand PR?”. karena ada 72 persen orang tua dari praktisi PR yang tidak mengerti apa PR, dan 43 persen pasangannya tidak mengerti apa itu PR.
Bicara soal branding PR, ada kutipan yang paling umum di dengar yaitu “Jika kamu menempatkan cerita tersebut, mengapa tidak ada nama kamu didalamnya? Jadi apa bedanya dengan periklanan?”.
Pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi ini berbentuk seperti huruf ‘K’, yang biasa disebut K-shaped. Dimana industri seperti travel, entertainment, hospitality, dan food service mengalami penurunan disaat industri teknologi, e-commerce, dan digital services bertumbuh.
Melihat tren tersebut, pemulihan ekonomi bisa didorong dengan memanfaatkan digital untuk beradaptasi. Bagaimana perilaku konsumen selama masa pandemi ini sudah berubah dengan beradaptasi mengunakan berbagai inovasi seperti uang elektronik dan toko online.
Jika kita melihat yang terjadi pada krisis sebelumnya, Indonesia berpotensi meningkatkan produktivitas ekonominya melalui digitalisasi sebesar 121 miliar dollar pada tahun 2005, seperti dibidang Manufaktur, Ritel, dan Transporasi. Peluang yang sama juga bisa diraih pada masa pandemi.
Usulan yang bisa dilakukan adalah dengan menekankan pada Unique Selling Proposition (USP). Karena 2/3 dari konsumen ingin membahas tentang kasus sosial, dan yang pasti seperti merek ‘Disney’ yang mempunyai tujuan untuk memberikan kebahagiaan kepada orang yang berada dimana-mana, merek kita juga harus memiliki keunikan dalam tujuannya sendiri. Karena itu adalah suatu keterikatan pada bisnis dan merek sebagai kunci untuk konsumennya. Agung juga mencontohkan ketika pemilik perusahaan baju anti peluru yaitu DuPont yang sedang kunjungan ke pabrik-pabriknya dan menanyakan ke salah satu pekerjanya apa yang sedang dia lakukan, kemudian pekerjanya menjawab bahwa ia sedang menyelamatkan hidup. Mengapa demikian? Karena baju anti peluru yang dibuat dari merek DuPont bertujuan untuk menyelamatkan hidup.
Storynomics menjadi solusi, dengan membuat sebuah perhatian yang menghibur. Karena orang akan 22 kali lebih percaya dari fakta dan angka, seperti grafik, presentasi, sebuah cerita. Karena mereka percaya dengan gambaran cerita visual 60 kali lebih cepat prosesnya daripada tulisan, dan 90% informasi lebih di serap diotak kita melalui visual, dan 65 persen konten visual hampir di ingat 3 hari setelahnya. Agung mengatakan jika tidak bisa bercerita kita bisa memulainya dengan menjelajah mengenai bisnis kita, selain itu kita juga harus menggunakan media terbaik untuk mensosialisasikan merek kita.
Terakhir Agung Laksamana berpesan bahwa, “Times may be tough! But our Business must be tougher”. Dan kunci untuk bisnis adalah Adopt, Adapt, Adept.