Jakarta, 19 Mei 2020 – Menjalin hubungan baik dengan Media Massa merupakan salah satu aspek penting bagi PR pada masa pandemi Covid-19. Mengoptimalkan Media Relations pada masa pandemi perlu memahami kebutuhan media, seperti hal apa saja terkait informasi yang diperlukan media terkait penanganan Covid-19 dan informasi lain apa yang dibutuhkan juga selain terkait pandemi Covid-19.
Untuk itu Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia kembali menyelenggarakan Webinar dengan topik “Media Relations in the Age of Coronavirus”.
Hadir sebagai narasumber dalam webinar ini adalah Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi Kompas.com; Maria Yuliana Benyamin, Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia; dan Andrew F. Saputro, Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia.
Tiga temuan kunci Kompas Gramedia Media Research dalam mengidentifikasi situasi saat pandemi Covid-19. Hasil riset menunjukan, pertama, Indonesia tak acuh sebelum ada kasus positif Covid-19 di dalam negeri, atau tepatnya pasca 2 Maret 2020, semuanya berubah. Kedua, reaksi dan respon masyarakat terpecah karena kebingungan terbanjiri informasi, dimana media sosial memperparah situasi. Ketiga, Ibu memiliki peran yang penting dan sentral menjadi menjaga keluarga yang tangguh, rasa ketidakpastian diredakan oleh sosok Ibu.
Masyarakat saat ini bingung antara informasi dan misinformasi. Sebesar 80% masyarakat mendapatkan informasi menggunakan media sosial, dan 51% mendapatkan informasi menggunakan aplikasi chat. 72% percaya konten berita yang diproduksi media kredibel.
Saat ini setiap orang yang mendapatkan informasi ataupun misinformasi, mereka mengkonfirmasi ke media mainstream. Masyarakat belajar bahwa untuk sumber informasi yang dapat dipercaya mereka mengandalkan media mainstream.
PR mempunyai peran pada saat ini untuk mengurangi kebingungan publik melalui informasi yang positif dan terpercaya. Pemilihan konten dan lewat mana konten itu disalurkan memegang peran penting.
Informasi yang praktis sangat diperlukan di level domestik. Memberikan informasi yang bersifat praktikal ini menjadi solusi alternatif pemberitaan guna mengatasi kejenuhan informasi pandemi.
Menjadi pengabar hal yang baik dengan menyebarkan informasi baik yang kontekstual. Menjadi penghibur yang baik yang memberikan hiburan bermanfaat bagi masyarakat. Dan memenangkan hati masyarakat dengan menjadi social trigger yang membantu mendorong masyarakat melakukan sesuatu adalah hal-hal yang dapat menjadi pilihan PR dalam membantu Media menyampaikan informasi.
“Mari menulis sejarah dengan selalu hadir, reachable dan bermanfaat. Karena masa ini akan dikenang dalam memori kolektif dan peradaban manusia.” ajak Wisnu dalam paparannya.
Media dalam pusaran pandemi Covid-19 tercermin dalam sudut pandang pemberitaan yang dimiliki media. Menjaga kebutuhan informasi stakeholder media sebagai institusi, informasi terkait pandemi Covid-19 perlu disampaikan secara aktual dan faktual.
Media merupakan sektor bisnis yang terpapar dampak pandemi Covid-19. Media juga bersama-sama berkolaborasi melawan misinformasi pemberitaan Covid-19 dengan bersama-sama memberikan informasi yang menjadi keprerihatinan masyarakat luas.
“Pola kerja media juga turut beradaptasi di masa pandemi. Pengelolaan konten informasi juga tidak hanya terfokus pada pemberitaan pandemi Covid-19 dan tidak hanya sekadar mengejar clickbait semata.” ucap Maria.
“Media tidak mengesampingkan isu-isu lain yang perlu diberitakan. Kedalaman dan akurasi menjadi fokus penulisan untuk kedalaman pemberitaan.” tambah Maria.
Aktivitas jurnalis juga beradaptasi. Berbagai kunjungan pun dibatasi, praktik interview memanfaatkan berbagai plafon komunikasi, hingga konferensi pers pun bersifat virtual melalui video conference.
Kerjasama dengan media dalam hal pemberitaan yang selalu menjadi tantangan media adalah menjaga kualitas konten pemberitaan. Tidak semerta-merta seluruh informasi terkait Covid-19 akan disiarkan, setiap informasi harus dikurasi sebelum disiarkan. Saling memahami kebutuhan kerja masing-masing antara PR dan Media menjadi kunci dalam menjaga hubungan baik.
Keberhasilan media relations adalah kolaborasi. Kolaborasi dapat saling bertumbuh dan saling berkontribusi.
“Kita bisa berkolaborasi dengan siapa saja, selama memiliki tujuan yang sama dan satu frekuensi. Kolaborasi itu menguatkan satu sama lain dengan kekuatan dan keunggulan masing-masing.” ucap Andrew.
Kolaborasi merupakan langkah adaptasi yang tepat untuk menjawab tantangan. Yang disuarakan melalui media adalah narasi-narasi positif guna merubah persepsi agar lebih optimis. (FA)