Jakarta, 5 Desember 2020 – Isu kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah berkembang pesat dalam dekade terakhir ini. Praktisi humas perlu memahami dan menangkap peluang tentang kehadiran AI. Kecerdasan buatan atau AI mulai dipakai oleh perusahaan untuk mengotomisasi pekerjaan yang berulang, serta menyortir, menganalisis, dan memvisualisasi bahkan memprediksi trends yang sedang berkembang. Kemampuan inilah yang menciptkan kecemasan di antara para professional tentang dampak AI di masa mendatang, termasuk para praktisi humas.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, Konvensi Nasional Humas 2020 (KNH20) pembicara pada sesi terakhir webinar yaitu Founder Drone Emprit Ismail Fahmi, Ph.D, Ketua Indonesia Artificial Intelligence Society Dr. Ir. Lukas, MAI, CISA, IPM, dan Accenture Development Partnerships Lead Indonesia Dr. Nia Sarinastiti, M.A., IAPR. Tidak lupa Kepala Divisi Humas POLRI Irjen Pol. Raden Prabowo Argo Yuwono hadir sebagai sambutan kunci pada konvensi yang berlangsung virtual ini. Sub tema pada webinar terakhir ini adalah Tantangan Komunikasi: Humas dan Ancaman Kecerdasan Buatan.
Irjen Pol. Raden Prabowo Argo Yuwono menegaskan, saat ini bisa melihat bagaimana dahsyatnya humas itu benar-benar dibutukan terutama di era revolusi Industri 4.0. Semakin hari juga isu tentang dunia siber semakin berkembang. Adanya konektivitas dan interaksi membuat batas antar manusia, mesin, dan sumber daya lainnya semakin kovergen melalui teknologi informasi dan komunikasi.
“Hal ini menimbulkan ancaman kecerdasan buatan di bidang kehumasan yaitu adanya hoaks atau fake news, pemberitaan yang tidak berdasarkan kenyataan atau non factual, informasi tidak benar yang disebarkan untuk maksud dan tujuan tertentu, dan hate speech yang dilakukan oleh suatau individu atau kelompok dalam bentuk provokasi, hasutan, atau hinaan, kepada individu atau kelompok lain,” ungkap Argo.
Dari sisi perusahaan, aplikasi AI terus meningkat karena dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk dan jasa yang dihasilkan, mengurangi biaya operasional terutama biaya SDM, dan pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan.
Founder Drone Emprit Ismail Fahmi, Ph.D menuturkan bagaimana memanfaatkan AI berbasis Big Data mampu membantu pengambilan keputusan oleh perusahaan, instansi pemerintah, komunitas, dan indivitdu berdasarkan tren perkembangan percakapan di media sosial. “Salah satu implementasi AI yaitu untuk melihat pemetaan tentang hoaks karena tahun 2017 jumlah hoaks paling besar sekali,” ujar Ismail.
Ia melanjutkan, AI dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu atau perusahaan. Terdapat beberapa model yang digunakan. Pertama, model dari human judgement langsung ke business decisions. Kedua, model Big Data kemudian melakukan summary, dilanjutkan dengan human judgement, dan menghasilkan business decision. Terakhir, berbasis AI, Big Data, kemudian AI dan langsung business decisions tanpa ada campur tangan manusia. Sedangkan yang paling banyak digunakan adalah kombinasi AI dengan manusia.
Ismail menambahkan, kombinasi keahlian Artificial Intellegence dan keahlian manusia adalah modal tepat untuk pengambilan langkah strategis dalam komunikasi. Penggunaan Big Data memungkinkan analisa dari manusia atau human judgement lebih tajam. Pengalaman subjektif yang dialami oleh manusia semasa menjalani peran dan tugasnya sangat membantu jika dikombinasikan dengan data empiris murni yang berasal dari robotic / Big Data. Hal ini karena Big Data hanya menunjukkan data secara riil terkait apa yang terjadi dan menjadi ketertarikan dari pengguna tanpa pengaruh apapun. Oleh karenanya, AI seharusnya bukan menjadi lawan bagi profesi humas melainkan teman bahkan untuk segala profesi dan industri.
Sedangkan Ketua Indonesia Artificial Intelligence Society Dr. Ir. Lukas, MAI, CISA menyampaikan saat ini AI sudah digunakan untuk hal-hal yang lebih spesifik, misalnya pada bidang kedokteran dan ekonomi. Pada bidang komunikasi, AI sudah bisa membantu menganalisis komunikasi yang disampaikan manusia. “Saat ini sudah marak perusahaan menggunakan Chatbot. Humas juga bisa memanfaatkan AI untuk mengidentifikasi influencers, klasterisasi, apa yang disampaikan, dan lain-lain. Kemampuan membuat press release ke depan juga bisa dibantu oleh AI,” imbuh Lukas.
Ia memprediksikan, beberapa tahun lagi, sekitar 2040, diperkirakan akan mencapai Artificial General Intelligence (AGI), di mana AI sudah mirip manusia dan sudah bisa berinteraksi dengan manusia. “Teknologi bukan yang harus dihindari, tapi menjadi teman. AI menjadi asisten untuk pekerjaan kita nantinya,” paparnya.
Senada dengan yang disampaikan Lukas dan Ismail, Accenture Development Partnerships Lead Indonesia Dr. Nia Sarinastiti, M.A., IAPR menuturkan teknologi akan berada di setiap inovasi dan manusia tidak bisa mengindari adanya AI. “Kalau kita sebagai manusia, kita emang bisa melaukan improviasai, create, menimbang, dan sebagainya. Sedangkan mesin membantu kita melakukan transaksi, iterate, memprediksi, dan evolve,” ujar Nia.