Jakarta, Indonesia, 23 Mei 2017 – Untuk ketiga kalinya, PR Newswire kembali menggelar acara Media Coffee pada 4 Mei 2017 dengan tema “Jurnalisme Digital: Peluang dan Tantangan bagi Humas.” Dihadiri oleh lebih dari 100 praktisi komunikasi dari berbagai industri, acara ini diisi oleh diskusi panel yang menarik dari tiga pembicara andal, antara lain Johanes Heru Margianto, Assistant Managing Editor, Kompas.com; Putri Silalahi, Product Communication Head, Google Indonesia; dan Agung Laksamana, Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat (Perhumas).
Dalam acara yang didukung oleh Perhumas, Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI), Bubu Kreasi Perdana, Himpunan Humas Hotel Jakarta, American Chamber of Commerce in Indonesia (AmCham Indonesia) dan Sahid Hotel & Resorts ini, para peserta dan pembicara saling berdiskusi mengenai sejumlah kiat bagi kalangan humas untuk menjawab kebutuhan para wartawan di era digital.
Ekosistem Pemberitaan Digital Berevolusi
Menurut hasil survei tahun 2016 oleh Polling Indonesia dan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), sekitar 47,6% atau 63,1 juta penduduk Indonesia lebih suka mengakses internet dengan perangkat seluler. Hal ini disampaikan oleh Johannes Heru Margianto dalam presentasinya mengenai evolusi jurnalisme digital. Heru telah bekerja sebagai wartawan online sejak tahun 2000 dan saat ini ia menjabat sebagai Assistant Managing Editor di Kompas.com, salah satu portal berita terbesar di Indonesia. Sejumlah pandangan yang dibagikan oleh Heru, antara lain:
Sebelumnya, jurnalisme terbagi dalam 3 platform; cetak, radio, dan televisi. Sejalan dengan era internet, ketiganya pun menyatu dan dikenal sebagai format multimedia. Tantangannya, pekerja media dituntut untuk memiliki beragam keterampilan, mulai dari memproduksi teks, foto, audio hingga video.
Perubahan juga terjadi pada sistem kerja wartawan. Era sebelumnya, mereka harus membawa banyak peralatan saat meliput berita. Namun, setelah kehadiran sistem operasi perangkat seluler Android, wartawan hanya perlu membawa satu alat yang dapat berfungsi untuk memproduksi foto, video, hingga mengedit berita. Inilah konvergensi yang paling dahsyat untuk mendukung kerja wartawan di era jurnalisme digital.
Sekitar dua hingga tiga tahun terakhir, membuat video menjadi sesuatu yang esensial bagi reporter di lapangan. Berita pun mulai disampaikan dalam bentuk video blog yang interaktif. Karenanya, diperlukan sensitivitas untuk mengolah berita dalam bentuk storytelling yang menarik, termasuk informasi yang bersifat komersial.
Bertahan di Era Digital: Saatnya Berpikir Visual dan Multiplatform
Hampir seluruh penduduk Indonesia mengandalkan Google untuk mencari informasi. Bahkan dalam riset yang dilakukan oleh Google bersama dengan perusahaan investasi, Temasek, Indonesia memiliki populasi pengguna internet yang berkembang pesat di dunia, dengan perkembangan hingga 19% per tahun dan diproyeksikan mencapai 215 juta sebelum tahun 2020. Putri Silalahi, Product Communication Head, Google Indonesia pun mengulas beberapa kiat untuk menghasilkan konten digital yang bermanfaat dan tepat sasaran.
Sudah bukan zamannya lagi bahwa informasi hanya disampaikan secara searah. Itulah mengapa konten multimedia dan video blog (vlog) menguasai era digital. Karena interaksi dengan audiens menjadi satu aspek yang perlu diprioritaskan. Pekerja media pun bukan lagi sekadar jurnalis, melainkan content creator yang bekerja lebih dinamis,
Dalam membuat konten, dibutuhkan pemikiran kritis juga kreativitas visual. Apalagi di era digital dan multimedia ini, tolok ukurnya tidak lagi sekadar teks yang bagus, melainkan semenarik apa konten tersebut untuk diklik dan dinikmati oleh audiens.
Salah satu tips membuat konten, dibandingkan memaparkan hal teknis mengenai fitur suatu produk, lebih baik menjelaskan bagaimana produk tersebut bekerja dan bermanfaat untuk masyarakat. Terutama, untuk khalayak perempuan, konten yang mengisahkan sebuah proses, seperti tutorial masih menjadi hal yang paling disukai.
Tantangan Terbesar bagi Kalangan Humas di Era Digital
“Audiens digital mengejar berita terbaru, sehingga kecepatan menyampaikan informasi menjadi prioritas. Akibatnya, berita kerap tidak melalui proses verifikasi yang baik. Inilah yg memicu berita palsu (hoax),” ujar Agung Laksamana, Ketua Umum Perhumas, saat menyampaikan presentasinya dalam ajang Media Coffee PR Newswire Indonesia. Memiliki pengalaman lebih dari 23 tahun sebagai praktisi senior dalam bidang Corporate Affairs dan Hubungan Masyarakat, Agung pun berbagi wawasannya mengenai tantangan kehumasan di era digital, sebagai berikut:
Pekerjaan humas tidak lagi sekadar mengandalkan jurnalis sebagai corongnya. Dibutuhkan agenda setting untuk menjaga identitas perusahaan, misalnya lewat kalender editorial yang terstruktur dan dapat diukur. Humas harus menjadi perekat lintasdepartemen dalam suatu organisasi.
Humas pun harus bisa berperan sebagai produser maupun publisher. Aspek earned media bukan lagi menjadi yang utama. Aspek lain seperti paid media dan owned media harus tetap menjadi sasaran kerja.
Fokus pekerjaan humas tidak lagi terbatas pada outputs seperti rilis pers dan publisitas media, melainkan pada hasilnya, yakni meningkatnya jumlah penjualan dan brand awareness. Perhatikan audiens yang disasar, itulah kuncinya.