Jakarta, 19 Juli 2020 – Menjaga silahturahmi dengan Anggota Muda, Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia Muda (PERHUMAS MUDA), menggelar ‘ngopi virtual’ bersama dan berdiskusi seputar dinamika profesi PR di media televisi di zaman yang serba digital.
M. Arrozi Effendi, Head of PR Kompas TV & KG Media, hadir sebagai narasumber utama pada pertemuan online. Mengangkat topik “Dinamika PR Televisi di Era Digital”, kegiatan virtual ini dihadiri seluruh anggota PERHUMAS Muda.
Arrozi membagikan pengalamannya selama meniti karir sebagai praktisi komunikasi, hingga menemukan passion-nya dalam PR di Media Televisi. “Saya termasuk yang terlambat untuk menentukan passion di dunia PR, cuma tidak ada kata terlambat. Saya selalu berfikir untuk find your goals, set your target.” ungkap Arrozi.
Harus ditentukan passion-nya dari sekarang karena persaingan tidak hanya datang dari kalangan komunikasi namun lintas ilmu. Artinya ilmu bidang komunikasi dan PR yang didapatkan tidak hanya dari bangku kuliah, untuk itu praktik kehumasan perlu ditingkatkan lagi, tambah Arrozi.
Menjadi praktisi PR adalah persoalan untuk memantaskan diri sendiri dengan industrinya. Caranya dengan memahami product knowledge-nya dengan baik. Karena bagi Arrozi, jika sudah menjadi passion, usaha untuk menggapai tujuan dilakukan dengan kerja keras.
Dinamika PR di televisi saat ini dalam era disrupsi, khususnya digital, melihat perilaku masyarakat yang berubah, televisi pun melakukan adaptasi digitalisasi.
Televisi saat ini berinovasi melalui integrasi platform digital untuk menjangkau audiens milenials yang terus tumbuh bersama teknologi. Seluruh aset konten televisi kemudian disampaikan melalui berbagai saluran digital yang ada. Langkah-langkah ini menciptakan lingkungan yang ramah bagi milenials untuk menyampaikan informasi.
“Apapun yang dikerjakan oleh PR, pada akhirnya harus menunjang revenue perusahaan.” ungkap Arrozi. Untuk menunjang kebutuhan tersebut, pemangku kepentingan televisi masih membutuhkan informasi rating televisi.
Hal ini menjadi menarik ketika pengiklan masih mempertimbangkan dua sisi antara analog dengan digital. Dinamika televisi dalam era digital sangat unik dan membutuhkan strategi yang menyeluruh tidak hanya menyentuh digital. (FA)