Bandung, 28 Oktober 2020 – Menginjak rangkaian acara ‘Dari Bandung Menuju KNH20’ bagian 3 Webinar #Indonesia Bicara Baik mengangkat tema: Digital City Branding digelar sore hari bertepatan dengan peringatan hari sumpah pemuda, Rabu (28/10/2020).
Acara webinar dari Bandung Menuju KNH20 sesi #3 kali ini dipandu oleh moderator Lusy Mukhlisiana Wakil Ketua Perhumas BPC Bandung, dibantu oleh pembawa acara Didin Wahyudin, Pengurus Perhumas Muda Bandung.
Berdasarkan pantauan, acara ini juga diikuti oleh Perhumas Muda dari berbagai daerah antara lain Magelang, Bandung, Yogyakarta, Belitung, Sukabumi, Bogor, Sumedang, Jakarta, Lampung, Medan, bahkan dari Jerman.
Sebelum acara dimulai dilakukan pemutaran lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan Mars Perhumas. Kepada peserta juga diingatkan untuk segera mendaftarkan diri ikut serta pada gelaran Konvensi Nasional Humas 2020 (KNH20) yang akan berlangsung pada 4-5 Desember 2020 mendatang, yang akan mengangkat tema ‘Adaptif, Inovatif, dan Kolaboratif’.
Webinar Dari Bandung Menuju KNH20 bagian 3 yang mengangkat tema Digital City Branding menghadirkan narasumber Azis Zulficar Aly – Kepala Bidang Industri Pariwisata Disparbud Provinsi Jawa Barat dan Dr. Hj. Ani Yuningsih, Drs.,M.Si. – Dewan Penasehat Bidang Kompetensi Perhumas BPC Bandung.
Dalam paparannya Azis Zulficar Aly – Kepala Bidang Industri Pariwisata Disparbud Provinsi Jawa Barat, mengungkapkan Jawa Barat yang terdiri dari 27 Kabupaten/kota dan demografi/jumlah penduduk 48,6 juta Jawa Barat memiliki berbagai destinasi wisata.
“Tercatat Jabar memiliki 1.112 wisata alam, 436 wisata budaya dan 376 wisata buatan. Pada tahun 2019 Jabar catatkan nilai realisasi investasi ekonomi sebesar 137,5 Trilun,” jelasnya.
Azis menyampaikan bahwa potensi ekonomi kreatif di jawa barat unit usaha ekonomi kreatif tercatat sebagai yang terbesar di Indonesia dengan jumlah 1.504.103. Sementara itu tenaga kerja ekonomi kreatif yang tercatat 3.808.368 merupakan provinsi terdepan dan progresif dalam ekraf nasional (BPS:2016).
Azis yang sebelumnya pernah bertugas di Humas Pemprov Jabar, mengungkapkan bahwa berdasarkan penilaian tahun 2019 tercatat 13 kabupaten/kota terpilih dalam penilaian Pemda Provinsi Jabar sebagai kota yang tertinggi indeks kreatifitasnya yang terwujud dalam nilai ekonomi masyarakat.
“13 Kota kreatif tersebut mencatat 3 kota berada di urutan teratas yakni Kabupaten Majalengka, diikuti Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut dan seterusnya,” jelasnya.
Terkait terobosan yang tengah dilakukan Disparbud Jabar, Azis yang berasal dari Majalengka ini, mengungkapkan bahwa Disparbud Jabar tengah membangun 7 gedung Kreatif Center di kabupaten/kota sebagai prioritas.
“Gedung kreatif center tersebut diantaranya dibangun di Kota Bogor dan Kota Cirebon, dengan memanfaatkan gedung Bakorwil sebagai wadah bagi pelaku industri kreatif untuk mendukung suatu usaha yang dapat menjadi sebuah pariwisata,” jelasnya.
“Dari gedung creative center ini diharapkan dapat mewadahi para inovator muda, creator muda yang memiliki talenta, dari 16 sub sektor yang ada di ekonomi kreatif di Jawa Barat,” tambahnya.
Terkait pandemi Covid-19, Azis mengungkapkan tercatat 67 ribu lebih pelaku usaha yang terdampak akibat penurunan jumlah kunjungan.
“Menyikapi hal tersebut kami melakukan upaya safeting melalui sosialisasi 3 M dan penerapan protokol kesehatan. Kami terus menggaungkan pariwisata tetap jalan dan protokol kesehatan pun tetap diterapkan,” pungkasnya.
Pada narasumber kedua yang menghadirkan Akademisi Dr. Hj. Ani Yuningsih, Drs.,M.Si. yang juga Dewan Penasehat Bidang Kompetensi Perhumas BPC Bandung, menyebutkan ada tiga dimensi keberhasilan smart governance.
“yaitu pentingnya partisipasi masyarakat, peningkatan jumlah dan dan kualitas layanan public dan transparansi pemerintahan sehingga masyarakat well inform dan aware,” ungkap Ani.
Ani Yuningsih yang juga Wakil Dekan I Bidang Akademik Unisba Bandung, mengungkapkan ada beberapa kasus city branding yang terjadi di kota-kota di Indonesia, yakni belum adanya konsistensi, belum sustainable, ketergantungan pada kebijakan pimpinan, belum berorientasi pada brand essence dan belum diinternalisasikan didalam mindset warga kota.
“Terkadang membranding sebuah kota, belum terinternalisasikan dengan baik kepada warga kotanya sendiri. Sehingga beberapa hal terjadi justru orang lain yang lebih kenal kota tersebut, ketimbang warganya sendiri. Semua orang harus cinta terhadap city branding kota nya sendiri serta turut mengusung brand yang digaungkan,” jelasnya.
Dikutip dari Sugiarsono, 2009 dalam Pramiyanti, 2013, Ani menyebutkan ada empat kriteria yang harus dipenuhi dalam mewujudkan city branding, yakni attributes (apakah memiliki pandangan yang sama), Message (apakah pesan disampaikan dengan menarik), Differentiation (keunikan/ originalitas) dan Ambassadorship.
“Pada ambassadorship, apakah semua yang digaungkan melalui kampanye city Branding tersebut sudah menginspirasi dan membuat orang mau datang ke Bandung, cinta terhadap Bandung dan kangen terhadap Bandung dan ingin balik lagi ke Bandung, itulah kekuatan city branding” tegas Ani.
Terkait city branding di masa pandemi Covid-19, Ani mengungkapkan pentingnya target market, core value.
“Tujuannya adalah untuk menyajikan suatu pengalaman unik dan kepuasan emosional, agar dapat memanfaatkan media digital atau google virtual guna membangkitkan desire. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara menggunakan diplomasi public secara virtual,” pungkasnya. Sumber: beritainspiratif.com