Jakarta, 5 Desember 2020 – Perkembangan teknologi yang begitu pesat menyebabkan perubahan pada berbagai sektor, termasuk media massa. Konvergensi media tidak bisa dihindari lagi oleh para pelaku media. Konvensi Nasional Humas 2020 (KNH20) kali ini mengangkat topik Media dan Tanggung Jawab Sosial: Interdependensi dan Konvergensi Media.
Ketua Dewan Pers Mohammad Nuh dalam sambutan kunci sesi webinar hari kedua Konvensi Nasional Humas 2020 (KNH20), Sabtu (05/12). Selain Mohammad Nuh, tiga pembicara lain hadir dalam webinar ini. Mereka adalah Direktur Utama LPP TVRI Iman Brotoseno, CEO Medcom.id Kania Sutisnawinata, dan CEO & Founder Media Buffet PR Bima Marzuki.
Menurut Nuh, humas sebagai jembatan antara organisasi dengan para pemangku kepentingan perlu menjaga information credibility. Kalau tidak hal ini akan terjadi mis information, disinformati, atau bahkan mal information. “Kalau itu yang terjadi, bukan pencerdasan yang didapat tapi pembodohan. yang tidak boleh dilupakan adalah penguasaan substansinya yang harus dikuasai. Oleh karena itu substansi harus kita kuasai dengan bahasa yang baik, situasi harus kita pahami,” ujar Mohammad Nuh dalam sesi webinar tersebut. Ia menambahkan, yang perlu dikuasai adalah keutuhan substansi, bahasa, dan etika sehingga apa yang disampaikan akan enak didengar.
Direktur Utama LPP TVRI Iman Brotoseno menyampaikan, sebagai lembaga penyiaran publik, TVRI memposisikan sebagai aktor terpisah. Memang, TVRI punya tanggung jawab media yang berorientasi pada pubilik untuk diskusi, informasi, pendidikan, kontrol dan perkeat sosial. “Semua itu demi kepentingan masyarakat. TVR mempunyai fungsi sebagai identitas bangsa dan alat pemersatu,” imbuhnya.
Dalam menghadapi perkembangan teknologi digital, TVRI telah melakukan berbagai strategi, khususnya berkaitan dengan adaptasi dengan digital. Tantangan LPP TVRI seiring perubahan yang cepat. Share audience, partisipasi publik, konten berkualitas, independen dan non-profit, dan public service media. Share audience menjadi tantangan karena harus menggeser ke audience millennials.
Senada dengan yang disampaikan Iman, CEO Medcom.id Kania Sutisnawinata menyampaikan, konvergensi adalah keseharaian. Interaksi tidak lepas dari dua media induknya yaitu Metro TV dan Media Indonesia. “Inovasi menjadi jawaban terhadap tantangan di era digital karena persaingan semakin tetat, sehingga memaksa kami untuk terus menciptakan inovasi baru,” ujar Kania.
Ia menambahkan, konvergensi justru memperluas akses masyarakat untuk mendapatkan berita dari media. Sehingga sebanarnya memperluas daya jangkau dan dampak yang bisa kami berikan kepada masyarakat. “Konvergensi justru menjadi kekuatan bagi perusahaan,” imbunya.
Pembicara terakhir CEO & Founder Media Buffet PR Bima Marzuki menyampaikan, dalam lima tahun terahir, media berusaha untuk konvergensi, bukan digital, melainkan ke media sosial. Konvergensi terjadi dalam banyak hal. Sebenarnya media mencari keseimbangan antara pembaca dengan bisnis, dengan potensi yang ada di media.
Konvergensi terjadi karena ada kolaborasi antar elemen di media. Jadi konvergensi ini bsia terjadi bukan hanya akrena penggabunga dari segi bisnisnya. Konvergensi media dengan media sosial, sebanranya punya common interest yaitu untuk mengakomodir perilaku masyarakat yang semakin digital.
Ia pun menyampaikan terdapat tiga jenis konvergensi media yaitu media sosial menjadi rumah (konten) kedua, media sosial jadi rumah (konten) utama, dan media social jadi rumah (konten) komunitas. Ia menambahkan, sebagai praktisi PR, harus melakukan tiga hal yaitu Rethink, Remapping, Restrategize. “Kita bisa berpikir apakah stakeholders yang kita anggap stakeholders tahun lalu, apakah masih sama. Lalu kita remapping, apakah behavior mereka masih sama. Apakah mereka mengonsumsi media yang sama. Dengan kelahiran media konvergen tadi,” ujar Bima.