Jakarta, 5 Desember 2020 – Peran penting praktisi Humas dalam masa kritis jauh lebih penting dan menentukan. Humas menjadi garda terdepan dalam membangun kepercayaan publik agar tetap bisa membangun optimisme, meski pada situasi sulit seperti pandemi COVID-19 saat ini.
Demikian rangkuman dari para pembicara dalam sesi pertama di hari kedua Konvensi Nasional Humas (KNH) PERHUMAS, di Jakarta, Sabtu (5/12) yang dibuka oleh Menteri BUMN Erick Tohir yang diperkaya dengan berbagai nara sumber dalam tajuk “Humas dan Kredibilitas: Pentingnya Peran Kepemimpinan”.
Menteri Erick mengatakan, peran pemimpin, termasuk praktisi humas, harus menjalankan komunikasi yang pro-aktif di segala saluran komunikasi, termasuk melakukan sinergi “Pentahelix”. Yaitu bekerjasama dengan lima stakeholder utama komunikasi seperti pemerintah, komunitas, akademisi, pebisnis dan media. Tidak lupa menggunakan kearifan lokal dalam melaksanakan komunikasi karena kearifan lokal juga menjadi satu cara untuk menangkal permasalahan missinformasi serta disinformasi.
Narasi Sehat
“Praktisi Humas merupakan garda terdepan dalam menjaga reputasi dan kepercayaan masyarakat luas. Di tengah derasnya missinformasi dan disinformasi di era digital dan pandemi ini, setiap narasi harus sehat untuk mendapatkan atensi pubik sehingga nantinya dapat mengedukasi masyarakat. Itu sebabnya narasi yang positif dengan mudah menyebar dan membentuk opini serta memantik aksi yang bermanfaat bagi masyarakat. Berarti peran humas menjadi sangat penting untuk mendesain komunikasi publik,” katanya.
Erick mengatakan, kapasitask kapabilitas, karakter, adaptif, dan inovatif dari praktisi humas menjadi kunci. Ekosistem perencaan digital yang awalnya menjadi rencana ke depan kini direalisasikan dengan cepat karena adanya pandemi. “Semua bersinergi, mengerahkan sumber daya dan tenaga untuk bergerak bersama memulihkan keadaan.
Sementara itu, Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Noni Purnomo mengatakan, dalam situasi krisis, mutlak melakukan komunikasi yang terus menerus, konsisiten, dan berkelanjutan. Melalui kolaborasi maka bisa diupayakan untuk survive dan bisa membangun masa depan bersama.
“Komunikasi dari pemimpin harus fokus kepada dua hal yaitu relevan dan faktual. Apa yang relevan hari ini belum tentu relevan untuk esok. Yang faktual merupakan komunikasi yang dapat lebih dipercaya,” katanya.
Menjaga Harapan
Noni juga menambahkan bahwa di masa sulit perlu dilakukan komunikasi yang terbuka baik internal maupun eksternal sehingga dapat lebih sigap dalam merespon situasi genting. Tak lupa melakukan komunikasi melalui berbagai cara dan menggandeng media sehingga komunikasi dapat mencapai semua stakeholder.
“Komunikasi yang dilakukan ketika pandemi fokus pada dua hal yang dianggap dapat menjadi kunci utama dalam menangani krisis di saat pandemi yaitu menjaga semangat di masa sulit tetapi secara bersamaan membangun harapan akan masa depan,” katanya.
Manfaatkan Sosial Media
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, menekankan perlunya komunikasi yang simple dalam situasi krisis untuk tetap mendapatkan kepercayaan dan dukungan publik. Hal itu dilakukan mengingat peran humas yang begitu luas saat ini, mulai dari komunikator, fasilitator, disseminator, konselor juga sebagai prescriber.
Ganjar mencontohkan bagaimana dirinya selaku gubernur memaksa para aparat pemerintah memiliki akun media sosial bisa menyampaikan kinerjanya di media sosial untuk mendapat kepercayaan publik.