Solo, 12 November 2020 – Selain menghadapi Pandemi Covid-19 dan dampak yang dibawanya, kita perlu juga menjaga rencana-rencana masa depan yang hendak dicapai terus ke arah yang tepat. Salah satunya adalah bagaimana visi dan strategi kita dalam membangun kota. Melihat betapa pentingnya hal tersebut, Badan Pengurus Cabang PERHUMAS Solo, mengadakan diskusi dengan topik “Visi dan Strategi Branding Kota Solo di Masa Depan.”
Kegiatan yang merupakan rangkaian acara dari Solo menuju KNH20 ini mengundang kedua Calon Walikota Solo 2020, Gibran Rakabuming Raka dan Bagyo Wahono, sebagai narasumber. Turut hadir dalam diskusi tersebut Dr. Herning Suryo, Dosen Politik Unisri, Dr. Andre Rahmanto, Ketua BPC PERHUMAS Solo, Drs. Suharno, Pegiat Ketoprak Solo, sebagai narasumber dan Imam Subkhan sebagai moderator.
“Perlu ada konsistensi dalam city branding kota Solo,” ungkap Gibran. Kota yang mempunyai sejarah panjang, Solo Spirit of Java masih relevan. Meskipun dengan berbagai karakteristik yang menarik semua harus dalam satu payung dan konsisten.
Kecintaan warga kepada sebuah kotanya harus dibangun sejak dini dan menyentuh secara menyeluruh. Dengan branding yang menarik seperti menggunakan maskot, dianggap bisa mememunculkan ketertarikan generasi muda.
“Aset wisata kota Solo adalah sebagai kota budaya, untuk itu perlu diperhatikan dan bangun kembali wisata kota Solo,” ungkap Bagyo. Menyoroti aspek pelestarian budaya kota Solo, Bagyo menyarankan untuk lebih memperhatikan destinasi dan para pelaku budaya di kota Solo.
Pemerintah kota menurut Herning harus seimbang dan akomodatif. “Keputusan politik di aspek apapun harus bermuara pada kesejahteraan masyarakat.” ungkap Herning.
“Jadi hati-hati sepanjang kemudian keputusan politik yang berupa regulasi tersebut tidak mengakomodasi, seimbang, memberikan keadilan, pasti akan memunculkan konflik.” tambah Herning.
Visi misi kota biasanya mengikuti pemimpin yang terpilih ini sebabnya ditahun kebelakangan tidak ada konsistensi dalam branding kota Solo. Andre menyoroti bagaimana seharusnya visi misi harus berhubungan dengan branding Spirit of Java. “Menghidupi adalah menguraikan ‘Solo Spirit of Java’ filosofi nya apa dan dikembangkan melalui aktivitas-aktivitas apa sehingga menarik warga dan pewisata.” ungkap Andre.
Sehingga ketika orang datang ke kota Solo dari berbagai manapun, langsung merasakan identitas kota Solo. Dilain sisi, Suharno menyoroti bagaimana kita yang harus bisa berkontribusi membentuk identitas tersebut.
“Yang perlu kita tumbuhkan adalah kebanggaan kita sebagai orang jawa yang kaya akan budaya jawa, ini yang belum muncul. Banyak sekali kita menganggap seni sebagai kelangenan saja, artinya seni tidak boleh di otak-atik, sesuai pakemnya saja, padahal seni adalah sebagian dari budaya yang terus berkembang.” ungkap Suharno.
Biasanya juga budaya ini dijadikan retorika politik hanya menjadi komoditas yang tidak pernah ditindaklanjuti. Seharusnya budaya seharusnya dijadikan icon branding daerah, misalnya bagaimana konser kebudayaan bisa menjadi populer dan mampu menghidupi pelaku didalamnya.