Jakarta, 31 Oktober 2020 – Dalam transformasi di era digital saat ini, banyak tantangan yang pasti bermunculan dan perlu dihadapi oleh berbagai sektor tidak terkecuali perusahaan dan organisasi. Peran strategis praktisi Humas dalam berkomunikasi guna menyampaikan maksud dan tujuan juga pesan kepada stakeholders semakin menjadi tantangan tersendiri.
Agung Laksamana Ketua Umum PERHUMAS Indonesia memaparkan beberapa point menurut kacamatanya sebagai praktisi Humas dalam era digital. “Saat ini tantangan di era digital menurut saya terdapat beberapa point yang menjadikan dunia semakin hyper-transparency, connectivity borderless, communication noises-digital, dan changes and revision.” jelas Agung.
Menandai adanya transformasi era digital adalah adanya hyper-transparency di mana sustainable guideline dalam hal ini diminta untuk selalu berbagi dan melakukan hal yang benar dari berbagai sektor. Dengan adanya transformasi digital bukan hanya tentang organisasi dan perusahaan saja tetapi juga bagi praktisi Humas dan stakeholders. Segala sesuatu di era saat ini menjadi real time, sehingga praktisi dan stakeholders juga perlu diatur menyesuaikan transformasi real time saat ini.
“Saat ini menjadi interconnecting distance, terhubung satu sama lain antara organisasi dan pemerintah. Saat ini isu tentang operasional organisasi, tentang pemerintahan misalnya, dapat diperkuat secara cepat baik dari warga setempat, local atau internasional NGO, yang otomatis dapat meningkatkan visibilitas dari dampak masalah tersebut sampai ke dunia luar.” sambung Agung.
Di Indonesia sendiri, transformasi era digital saat ini dianggap terlalu memiliki banyak distrupsi, esensi noises dan distrupsi saat ini menjadi tantangan bagi kehidupan di era digital. Praktisi Humas harus berkompetisi untuk menarik atensi publik atau audiens yang diinginkan dengan cara yang Adaptive, Collaborative,
Adaptive di era ini menuntut praktisi Humas untuk tidak boleh berlaku egosektoral, “Advertising, PR, Marketing harus berkolaborasi. Konten marketing dan advertising harus terintegrasi karena gabungan seluruh konten ini harus memiliki goals yang sama, awareness, trust and positive reputasi, karena kita saat ini adalah producer dan publisher konten.” jelas Agung.
“Hal lain yang penting di era ini adalah collaborative. Sebagai seorang praktisi Humas, kita harus mampu mengetahui siapa target audiens kita, karena humas tidak bisa menggunakan once side at all. Kemudian keep it short and sweet, memberikan informasi sesederhana mungkin karena attention masyarakat saat ini lebih singkat. Kalau dalam 10 detik tidak dapat tertangkap dengan baik maksud dan tujuannya oleh audiens, kita akan kehilangan moment. 10 detik itu penting saat ini untuk mendapatkan attention orang lain dalam kompetisi yang berlangsung di luar sana.” sambung Agung.
Berbicara perhatian publik, storytelling adalah hal yang juga merupakan bagian penting dari era digitalisasi ini. Personalisasi menurut Marrisa Mayer to me, the future is personalization. “Karena mantra PR saat ini adalah orang lain harus mengatakan bahwa kita kredibel. Harus audiens yang mengatakan bahwa brand organization kita berjalan dengan baik.” sambung Agung. Agung Laksamana menambahkan bahwa formula era digital dengan strategi yang baru adalah dengan we are to get the right content, we have to get the right people, the right time, the right channel, dan personalized konten-konten tersebut. Yang paling penting adalah join up dan kolaborasi dengan mantra Humas Adopt. Adapt dan Adept karena Humas adalah marathon, bukan sprint.