Jakarta, 22 April 2020 – Dampak pandemi Covid-19 tidak hanya berimbas pada sektor kesehatan, sosial, dan bisnis, bahkan berdampak pada dunia PR. Pada saat krisis praktisi PR memiliki “senjata rahasia” yaitu ‘Storytelling’.
Terlebih pada masa pandemi saat ini, membawa kita pada Era Uncertainty, strategi Storytelling untuk meningkatkan Brand Awareness menjadi solusi praktis semua PR.
Dalam sebuah diskusi pada seminar daring yang diselenggarakan oleh PR Newswire. Mengangkat topik bagaimana teknik Brand Storytelling selama krisis. Hadir sebagai narasumber, Agung Laksamana, Ketua Umum PERHUMAS.
“Inilah realitas saat ini! Virus corona telah mempengaruhi setiap aspek kehidupan. Kita berada di masa yang tidak pasti (uncertainty).” ungkap Agung.
Strategi kita untuk beradaptasi dengan perubahan dan ketidakpastian menjadi kritikal.
Be Visible! Be Presence!
Tetap tenang dan tetap beraktivitas. Tetap eksis ditengah masa pandemi harus tetap dilakukan agar merek yang kita representasikan tetap visible. Keberadaan merek tetap relevan pada masa pandemi, masyarakat ingin tahu apa yang dilakukan perusahaan kita untuk beradaptasi serta berkontribusi.
Storytelling! Be Creative!
Storytelling tetap menjadi kunci keberhasilan meningkatkan brand awareness. Sekarang kita perlu lebih kreatif lagi dalam menceritakan apa yang kita lakukan. Nuansa suara optimis sangat dibutuhkan masyarakat saat ini. Untuk itu kita dapat tingkatkan kepedulian masyarakat mengenai situasi saat ini melalui konten kesehatan, seruan work from home, kegiatan philantropy dan konten tematik lainnya.
Digital Presence!
Keberadaan atau eksistensi kita pada dunia digital semakin penting. Masyarakat membutuhkan informasi terkait perkembangan situasi, bagaimana kita menghadapinya bersama, dan apa saja yang sudah kita lakukan. Menjadi pemicu utama untuk semakin menguatkan eksistensi kita dalam dunia digital.
First Thing First!
Pentingnya taktik Storytelling yang dipandu oleh kreativitas harus memahami aspek pendukung dalam menjalankan strategi tersebut. Pemahaman tentang siapa target khalayak kita, pemetaan platform komunikasi, digitalisasi komunikasi, maraknya praktik live straming seperti virtual event menjadi hal biasa dilakukan semua brand, untuk terus meningkatkan brand awareness.
“PR perlu mengubah strategi, taktik sekaligus adaptif. Kita harus sadar bahwa PR it’s a marathon, not a sprint!” tutup Agung.
PR adalah maraton, bukan lari cepat, adalah ajakan bagi kita untuk berpikir kritis. PR harus bersiap dan melihat jangka panjang. Creative Thinking harus diimbangi dengan Critical Thinking dalam menghadapi tantangan saat ini dan masa mendatang.