Bali – 5 November 2018, Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia – PERHUMAS menghadiri International Public Relations Summit yang bertempat di Conrad Hotel, Bali. IPRS 2018 kali ini mengangkat tema “Shifting The Power of Strategic Communication In The Era of Digital Economy”, tema yang menjadi topik hangat untuk para peserta mengikuti sesi materi yang diberikan oleh para narasumber. Pada kesempatan kali ini PERHUMAS hadir diwakili oleh Agung Laksamana, M.Sc, MCIPR sebagai Director of Corporate Affairs at APRIL Group yang juga aktif sebagai Ketua Umum BPP PERHUMAS.
Dalam sesi penyajian materi Agung Laksamana, M.Sc, MCIPR menyampaikan, “Apakah Humas bisa digantikan robot dan Artificial Intelligent (AI) nantinya?” Seorang peserta bertanya dengan nada khawatir dalam sebuah diskusi di Banda Aceh beberapa waktu lalu. Di tengah serbuan teknologi, tidaklah heran jika kekhawatiran ini muncul. Peran manusia akan berkurang, bahkan digantikan AI dan robot termasuk profesi Humas atau Public Relations (PR).
Kenyataannya, kita telah berada era Industri 4.0! Era yang telah mendisrupsi tidak saja tatanan proses bisnis yang ada, namun juga peran profesi di dalamnya, mulai dari sales, operation, marketing, keuangan, jurnalisme dimana robot sudah bisa menulis berita sendiri, hingga dunia PR.
Ini bukan pertama kali industri dunia mengalami revolusi. Di akhir abad ke-18, kita telah mengenal Industri 1.0 dengan hadirnya alat tenun mekanis pertama pada tahun 1784. Kala itu, industri diperkenalkan dengan fasilitas produksi mekanis menggunakan tenaga air dan uap. Selanjutnya, Industri 2.0 adalah era revolusi produksi massal. Sementara, era industri 3.0 adalah era penggunaan elektronik dan teknologi informasi guna otomatisasi produksi.
Dalam era Revolusi Industri 4.0, kita disajikan dengan kecanggihan dan kemutakhiran teknologi dari Internet of Things (IoT), Big Data, Artificial Intelligence (AI), human-machine interface, Cloud, Computer Quantum, robot, 3D printing, Augmented Reality and Virtual Reality (AR/VR), hingga Mixed Reality!
Dengan perkembangan teknologi yang pesat, membuat orang dengan mudah membuat konten digital. Menurut sebuah survey ada kurang lebih 72.5 juta contents dihasilkan google tahun 2016 lalu. Artinya kita terekspose dengan rata-rata 300,000 konten setiap hari. Kita sendiri dibombardir oleh iklan dengan 30,000 advertising message setiap hari. Belum lagi dengan WA, email dan sms yang artinya tantangan Humas agar pesan-pesan bisa sampai ke target pembaca and khalayaknya semakin sulit !
Pemerintah bergerak cepat dan langsung mengeluarkan Peta Jalan Pembangunan Industri Nasional dengan branding “Making Indonesia 4.0” pada April lalu. Bahkan pemerintah optimistis jika Indonesia bisa menerapkan hal ini, maka pertumbuhan PDB riil bisa tumbuh 1%-2% per tahun nantinya.
Bahkan, Kementerian Komunikasi dan Informatika turut mencanangkan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020. Kita siap bersaing dengan India yang berambisi jadi kekuatan sains global pada tahun 2020 dan China yang mengumumkan visi sebagai pusat inovasi AI pada tahun 2030.
TRANSFORMASI HUMAS
Bagaimana antisipasi HUMAS kedepan? Benarkah robot dan AI akan menggantikan profesi PR? Opini saya tidak. Kompetensi PR membutuhkan kombinasi unik antara intuisi, nalar, empati, emosi serta kreativitas yang tidak terbatas (limitless)! Hal ini menjadi keterbatasan mesin AI untuk dilatih.
Walaupun, disrupsi teknologi telah mengubah cara kerja, serta proses dunia PR. Di satu sisi, hal ini bisa membuka lapangan pekerjaan baru. Dengan catatan, kita jeli dalam mencari celah, tidak takut, mengikuti perkembangan dan menguasai teknologi.
Kompetensi PR membutuhkan kombinasi unik antara intuisi, nalar, empati, emosi serta kreativitas yang tidak terbatas (limitless)! Hal ini menjadi keterbatasan mesin AI untuk dilatih.
Persepsi lama, bahwa PR hanya berfungsi sebagai media relations, membuat klipping, protokoler serta publikasi di konvensional media semata haruslah kita tinggalkan. Sekarang profesi ini dituntut memiliki keahlian yang lebih kompleks.
Artinya, transformasi PR dalam era revolusi Industri 4.0 adalah sebuah keniscayaan! Langkah yang harus diambil antara lain:
Pertama, Kompetensi. Dunia digital menjadi skill sets yang mutlak dimiliki. PR Indonesia harus meng-upgrade dan memiliki kompetensi teknologi dan non-teknologi mumpuni. Di era industri 4.0, dunia butuh praktisi PR dengan fleksibilitas dan mobilitas yang tinggi, kemampuan digital, analitik, menulis konten, membangun jaringan, selalu haus akan informasi terkini dan memiliki spesialisasi.
Kedua, Personalisasi Konten. No ‘One Size Fits All messages’ untuk konten PR. Agar impactful, praktisi PR harus kreatif dan bisa berkomunikasi secara personal. Dengan tsunami konten dan overload informasi di dunia saat ini, PR 4.0 harus lebih selektif melihat siapa target audience-nya, kanal yang digunakan, serta konten yang relevan dengan mereka. Hal sama ketika PR dihadapkan dalam situasi krisis, manajemen reputasi, dan membangun sebuah brand. Dengan kata lain, PR 4.0 harus bisa menjadi Producer dan Publisher konten.
Ketiga, Kreatif dan pahami Global Trend. Lihatlah perkembangan teknologi dari fenomena video 360 CNN, live streaming , drone hingga mixed reality dari Windows. Kita harus mengombinasikan digital teknologi ini untuk peran fungsi PR diera 4.0.
Keempat, Integritas. Di era disrupsi ini, PR mudah terbawa arus polemik isu dari hoax hingga fake news. Humas harus tetap memiliki tata kelola (Good Governance), akuntabel, transparan dan menjawab bukan hanya kebutuhan stakeholders, tapi juga seluruh warga negara.
Kelima, Kolaborasi. PR tidak bisa berdiri sendiri diera digital ini. PR butuh Digital content creator, videograpgher, infographic, Ads people, brand people hingga marketing. Intinya , ini saatnya kita berkolaborasi baik Humas Pemerintah, Swasta bahkan Akademisi untuk mensosialisasikan Brand Indonesia! Jangan Eho Sektoral. Karena ekspektasi stakeholders pada peran fungsi strategis PR menjadi tiga kali lebih berat dari sebelumnya.
Pada akhirnya, Peran fungsi Humas adalah membangun Trust dan Reputasi melalui branding“Making Indonesia 4.0”. Ini juga butuh agenda setting serta peran strategis Humas yang Humas 4.0.
Point besar saya disini adalah HUMAS 4.0 harus memiliki software and Hardware yang global, digital, creative. Namun, yang paling penting juga adalah inside chipnya seorang Humas4.0 haruslah NKRI – #Indonesiabicarabaik
Dalam penghujung sesi Agung Laksama tidak lupa untuk mengajak hadirin untuk mencari tahu lebih lanjut apa itu HUMAS 4.0 dengan datang dan menghadiri Konvensi Nasional Humas 2018 yang akan dilaksanakan pada 10-11 Desember 2018 di XXI Ballroom, Djakarta Theater. (Editor: FA)