PEKANBARU – Kemajuan dunia digital akhir-akhir ini semakin berkembang pesat. Untuk itu, peran seorang Humas sangat dituntut lebih bijak dan berhati-hati dalam berselancar di dunia maya, khususnya di sosial media. Demikian disampaikan Djarot Handoko, Ketua BPC PERHUMAS Riau dalam Seminar Nasional Komunikasi Digital oleh PERHUMAS Muda Riau, Sabtu (22/4/2017), di Gedung Grha Pena Pekanbaru.
“Kita semua adalah ambasador, baik untuk organisasi, perusahaan, kampus atau diri kita sendiri, untuk itu kita perlu bijak dalam bersosial media, hati-hatilah dengan jari anda,” papar Djarot, yang juga selaku Corporate Communications Head PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), di Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau.
Djarot juga memaparkan program RAPP dalam mengelola sosial media dan peran humas dalam membangun reputasi perusahaan. Ia mengingatkan setiap orang bisa menjadi humas dan harus bisa menyaring setiap informasi yang masuk, agar terhindar dari hoax atau berita bohong.
“Sesuai slogan PERHUMAS, Indonesia bicara baik, seorang humas harus mampu membangun brand atau reputasinya, mulai dari diri sendiri, untuk itu mulailah bicara yang positif, dari hal-hal kecil,” tutur Djarot di depan para peserta yang berasal dari sejumlah perguruan tinggi di Riau, di antaranya, Universitas Riau, Universitas Islam Riau, Universitas Muhammadiyah Riau, Universitas Islam Negeri Suska Riau, Universitas Lancang Kuning, dan Universitas Tabrani Rab.
Perkembangan teknologi bagaikan dua sisi mata uang, yang memiliki efek positif dan negatif. Positifnya bisa membuka peluang ekonomi kreatif, dan bisa saja berimbas pada industri yang sudah ada. Untuk itu, perlu inovasi agar bisa tetap bertahan dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi.
Sementara itu, pembicara lainnya, Dr. Abdul Halim MA. Kom, juga memaparkan peluang dan ancaman era digitalisasi yang sudah menjadi sebuah keniscayaan. Dari hasil riset yang dilakukan, disampaikan Abdul, saat ini dunia memasuki revolusi industri yang ke-empat, di mana seluruh kegiatan industri terintegrasi melalui penggunaan teknologi nirkabel secara masif.
“Saat ini kita semua terhubung dan terpantau, revolusi ini bisa menjadi mengerikan atau menguntungkan, ini harus pandai kita manfaatkan, jika tidak kita malah menjadi korban,” ujar Abdul Halim, yang sehari-hari berprofesi sebagai seorang Akademisi ini.
Abdul Halim menambahkan era digitalisasi tidak boleh meninggalkan dunia akademisi, agar dampak yang terjadi dapat terkendali.
“Di negara maju, dunia akademisi bisa menjadi proteksi dan regulasi terhadap kemajuan teknologi digital, kalau tidak bisa membahayakan, jadi perlu keahlian di antaranya complex problem solving, social skill, process skill, system skill, dan cognitive skill,” katanya.
Secara global, era digitalisasi akan menghilangkan sekitar 1,1 miliar pekerjaan di dunia tahun 2015-2025, dikarenakan tenaga manusia digantikan mesin otomatis. Meskipun ada peluang akan munculnya 2,1 juta pekerjaan baru dan potensi pengurangan emisi karbon sekitar 26 miliar metrik ton dari tiga industri, elektronik, logistik dan otomotif.
Seminar komunikasi digital ini digelar sekaligus pelaksanaan Musyawarah Besar ke-2 PERHUMAS Muda Riau. Kegiatan tersebut menghadirkan pembicara dari praktisi dan akademisi yang dibuka langsung oleh Kepala Dinas Pariwisata Riau, Fahmizal Usman, mewakili Gubernur Riau.